Kesehatan

Cerita Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan yang Sembuh dari Covid-19: Kumur Air Garam Hangat

07 November 2020 Admin 772

KAJEN - Ada pengalaman yang tak terlupakan bagi pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh, seperti cerita dari Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan Hindun.

Hindun dinyatakan terpapar Covid-19 pada 18 Juli 2020. Setelah menjalani perawatan selama 27 hari di ruang isolasi RSUD Kraton serta melakukan tes swab sebanyak 8 kali, Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Kepada Tribunjateng.com, Hindun menceritakan awal mula pihaknya terpapar virus corona. 

"Sebelum terkonfirmasi Covid-19, selama dua hari saya merasakan badan lemas dan mulut terasa pahit. Saat cek suhu badan 36,2 derajat dan normal."

"Merasakan hal seperti itu, saya berobat ke rumah sakit dan minum obat selama selama 1 minggu," kata Hindun, Minggu (8/11/2020).

Namun setelah minum obat selama 1 minggu, ia tidak merasakan reaksi obat dan tetap tidak sembuh.

Sehingga, pihaknya berusaha lagi ke dokter.

"Karena tidak sembuh saya pergi ke rumah sakit dan rencananya mau opname. Setelah di cek secara umum ternyata ada indikasi mengarah ke Covid-19 dan diswab ternyata hasilnya positif," imbuhnya.

Menurut Hindun, salah satu cici-ciri penyakit Covid-19 yang di rasakan adalah tidak bisa mencium bau aroma.

"Ciri-ciri secara umum yang saya rasakan setelah saya minum obat selama satu minggu, saya tidak bisa mencium bau. Biasanya, kalau menghirup kayu putih kan ada baunya tapi ini nggak bau."

"Ternyata secara umum, kata dokter ciri-ciri Covid-19 seperti itu. Tapi lamanya saya tidak bisa mencium bau itu tidak lama hanya 2 jam saja. Nah, setelah itu saya langsung isolasi di rumah sakit," ujarnya.

Hindun menyarankan, agar penderita Covid-19 mengikuti anjuran dokter seperti perbanyak sayur, buah, minum vitamin, dan yang paling penting olahraga.

"Saya mengikuti semua anjuran dokter. Olahraga setiap pagi dan harus terkena sinar matahari, minimal 1 jam dan harus berkeringat," tandasnya. 

Kemudian, yang lebih mudah untuk melakukan pencegahan yaitu kumur-kumur air garam, setiap malam sebelum tidur.

"Saran dokter, untuk pencegahan kumur air garam sampai tenggorok kemudian muntahkan lagi, bangun pagi juga begitu. Selain buat kumur, juga di hirup karena swabkan di tenggorok dan hidung," tandasnya.

Saat disinggung, selama 27 hari menjalani isolasi kegiatan apa yang dilakukan di rumah sakit apakah stress atau tidak, Hindun mengatakan selama di rumah sakit pihaknya tidak mengalami kejenuhan.

"Alhamdulillah, saya cuma 27 hari menjalani perawatan di RSUD Kraton. Di ruang isolasi saya tidak jenuh karena banyak teman-teman tenaga kesehatan yang selalu menghibur."

"Lalu untuk kegiatan di RS setelah bangun pagi, harus bersih-bersih, olahraga, mandi, sarapan. Setelah sarapan, baca-baca buku, melihat WA, memantau keadaan di dewan dan banyak juga masyarakat yang memberikan support kepada saya," imbuhnya.

Setelah itu, pada pukul 09.00 WIB di suruh untuk berjemur hingga berkeringat.

"Jam 08.30 WIB sampai jam 09.00 WIB udah agak panas, kemudian saya keluar untuk berjemur dan olahraga sampai pukul 11.00 WIB. Setelah itu, minum obat dan istirahat sebentar," kata Hindun. 

Hidun menekankan, bahwa penyakit Covid-19 bukanlah sebuah aib sehingga penderita tidak boleh stres agar tidak memperburuk kondisi kesehatan.

"Di ruang isolasi harus mengikuti anjuran dari dokter dan teman-teman nakes. Kalau stres, nanti imun tubuh menurun. Berteman aja sama teman-teman nakes, pelayanannya di rumah sakit juga bagus karena yang harus dijaga dari pasien covid-19 itu jangan sampai stres."

"Memang sering kali, pasien Covid-19 dikucilkan dan merasa sendiri. Tapi, harusnya jangan begitu karena itu bukan aib, ini stigma masyarakat yang harus dihilangkan dan harusnya kita memberikan support serta gotong-royong," pesannya.

Selain itu juga, ada kekhawatiran masyarakat yang mengatakan bahwa penderita Covid-19 apabila meninggal dunia itu tidak disalatkan.

Menurutnya, hal itu adalah tidak benar.

"Ini yang harus disosialisasikan oleh nakes, bahwa pasien Covid-19 yang meninggal dunia kan bisa disalatkan jarak jauh. Misalnya, jenazahnya berada di mobil. Kita, salatkan dari luar mobil dengan jarak kan bisa, yang tidak boleh itu kalau pegang."

"Saya tekankan lagi, bahwa orang yang terpapar Covid-19 itu bukan aib. Siapa saja bisa kena dan tidak memandang pejabat atau orang miskin," pungkasnya.

Hidun berharap kepada masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan dengan air yang mengalir. (*)



Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Cerita Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan yang Sembuh dari Covid-19: Kumur Air Garam Hangat, https://jateng.tribunnews.com/2020/11/08/cerita-ketua-dprd-kabupaten-pekalongan-yang-sembuh-dari-covid-19-kumur-air-garam-hangat?page=3.
Penulis: Indra Dwi Purnomo
Editor: sujarwo

 




Scroll to Top